Monday 9 July 2012

wahai engkau yang tersesat di belantara,,,, apa yang ingin kau temui di penghujung sana?

kembali mengingat apa yang terlupa. rasanya seperti hidup kembali ke dunia nyata.
apa yang kuinginkan sebenarnya?
di dunia nyata, aku punya sesuatu yang jelas dan terencana. Di dunia nyata, rasanya hidup begitu bermakna dan penuh keajaiban, kemurahan hati dari Dia yang menciptakan segala sesuatu. Rasanya begitu memikat. Penuh energi. Dan matahari yang membuatmu ingin tersenyum di setiap pagi.
tapi aku punya dunia khayalanku sendiri. Sebuah tempat yang tercipta karena imagi. Sebuah dunia dimana 'aku' bukanlah 'aku'. Suatu keadaan dimana 'aku' tak perlu memikirkan 'aku' dan 'hidupku'. Hanya mengalir. terbawa emosi. mengayun bersama desau angin yang berhembus. tertawa bersama gemericik hujan di pagi musim panas. dan segalanya tak berbingkai 'waktu'. Saat dimana kau bisa datang dan pergi kapan saja. memanggil dan atau bahkan menghentikan moment-moment dalam detik waktu tak berhingga. Melenakan. Memabukkan.

Setiap kali imagi menyeretku dari dunia nyata, ketika aku benar-benar tenggelam terlalu lama di dalam sana...
rasanya begitu kosong---hampa, ketika kau terbangun dan menyadari seberaba banyak waktu terbuang. Rasanya seperti bangun dari tidur panjang dan kemudian menyadari betapa lama kau bermimpi, bermalas-malasan. Terbangun dan menyesali waktu yang sudah tak akan kau miliki lagi.
hampir selalu seperti itu. hampir selalu berujung kehampaan.... tapi kenapa sepertinya aku tak pernah belajar dari pengalaman? mengapa kembali 'melupakan kenyataan' seolah datang dan pergi sekehendak hatinya?
menghadirkan kekosongan yang membebani. rasa penyesalan yang tak bisa kuhindari.

kita hidup di dunia nyata. dan aku memang lebih suka menatap nyata yang menghadirkan energi. Menyadari bahwa dunia bukanlah segala. Bahwa ada yang memelihara kita dari atas sana. Bahwa segala adalah milik-Nya. aku jelas-jelas lebih menikmati rasa sakit yang hadir karena 'dunia nyata'.
Rabb,,,,, jika yang bisa dilakukan hanyalah datang dan pergi, terjatuh dan kembali terjatuh lagi,,,, masihkah ini bisa diterima?
apa yang harus dilakukan...? ketika justru diriku sendiri yang tak sanggup menerima? bahwa diriku sendiri yang tak sanggup membolehkan...? yang merasa begitu malu dan tak berguna.
Illahi Rabbi,,,,

Tuesday 3 July 2012

episode purnama

"bulan bulat sempurna beberapa malam terakhir,,,
di suatu tempat, dimana kelap-kelip lampu adalah hal yang tak boleh disia-siakan,,, aku keluar menyambut malam.
dingin menggigit, tapi bulan bulat di atas sana. membuatku terpana.
sekejap membuatku bertanya.
terngiang nyanyian purnama masa kecil,,,, purnama,,,,
harusnya malam tak sesenyap ini. purnama,,,, harusnya anak-anak kecil berlarian di bawah cahaya bulan.
tertawa-tawa dalam naungan remang rembulan.
tapi malam ini begitu senyap. ah! bukan hanya malam ini,,,,

bulan menggantung di langit yang nyaris biru,,, langit bersih,,, dan beberapa bintang terlihat berkelip-kelip.
entah apa itu, tapi sesuatu merambati hati. mengalirkan sebentuk kesedihan dan kerinduan yang tak kupahami.

bulan masih pucat diatas sana,
benderang cahaya di dalam rumah memanggilku kembali, meninggalkan remang rembulan dan malam menggigit di luar sana,,,"