Monday 6 May 2019

this whole time

Aku menunggu seseorang. Menunggu.
Aku berdoa, berharap dipertemukan dengannya di dunia. Mengharap menjadi 'rumah' bagi satu sama lain, di dunia. Bersama, berkontribusi mempersiapkan dan mengusahakan yang terbaik untuk generasi masa depan.

Aku sungguh berharap, akan sempat dipertemukan dan dipersatukan denganmu di dunia.
Bertengkar. Menangis. Berbaikan. Tertawa... dan bersyukur bersama-sama. Mengingat-Nya.
Dia, yang begitu indah mempertemukan kita.
Satu Ramadhan lagi,
dan aku masih menunggumu. Mendoakanmu, kadang-kadang. Lebih intens akhir-akhir ini.
Aku sadar tidak ada yang salah dengan kesendirian. Karena sendirian, tidak pernah benar-benar berarti sendirian... karena dalam kesendirian, kurasakan betapa halus dan dahsyat Allah mengatur dunia. Karena dalam kesendirian bisa kudengar suara kalbuku mengkhotbahkan kebijaksanaan.
Aku tidak benar-benar tidak menyukai kesendirian, karena kesendirian dengan-Nya adalah yang terindah. Kesendirian dengan alam, atau di tengah hiruk pikuk, mengingatkanku pada-Nya, dan terkadang padamu.
Aku tau kau disana, di luar sana... di ujung benang takdir jodohku.
Beberapa wanita masa kini, kudengar mereka berkhotbah bahwa mereka tidak butuh lelaki, atau anak-anak yang memanggil mereka ibu untuk merasa utuh, merasa lengkap akan dirinya sebagai makhluk.
Tapi bagiku, bahkan ketika aku sadar benar bahwa Allah adalah cinta yang pertama dan utama, yang tanpa-Nya aku adalah tiada, alam bawah sadarku sadar benar bahwa diriku adalah bagian dari keseluruhanmu. Aku adalah tulang rusukmu, bagian yang dekat dengan hatimu. Utuhku adalah dipersatukan denganmu, menjaga dan membesarkan buah hatimu. Utuhku adalah menjagamu, meski aku cuma bagian kecil yang butuh kau lindungi.
Ramadhan ini aku masih berdoa dipertemukan denganmu. Di dunia.
menunggumu menemukanku. Apa kau mencariku? Berapa pasang mata telah kau coba tanyai untuk menemukanku?
Kudengar fasih suara lelaki mengaji, kemudian aku merindukanmu. Menebak-nebak kira-kira seperti apa dirimu. Bertanya-tanya dalam hati mungkinkah itu engkau.
Seorang lelaki, kesal menghardik lembut mesin pemandu google map-nya, dan aku tersenyum, tiba-tiba teringat dirimu. Bisakah kau juga bertingkah kekanakan seperti itu kadang-kadang? Kau tidak harus selalu seteguh gunung, sesekali, kita bisa bertengkar, menangis, tertawa atau bertingkah semenggemaskan bocah.
Hai,
aku menunggu seseorang. Apa mungkin kau mengenalnya?

these quote from these movies that moves me, what do you think?

We're not like these people.They have stuff,  we're never going to have. They have these houses. They have boats. They have foreign cars. They got money in the bank. You know? They got privilege... connections. You're a cashier. I'm a thief, honey. 
That's the way it's always going to be. OK?
People like us, 
see, we don't even win the lottery, for God's sake. 
We're born in little houses, and we die in little houses, and we got to find happiness.....
somewhere in between.

--- people like us, said by Frank from "Two If by Sea" movie