Thursday 15 August 2024

The white cat that already GONE

Darimana akan kumulai?
Tempat yang terang. Allah memang lebih tahu. "Tempat terang" cenderung membuatku lalai. 

Berdiri di tepian.. sendiri berurai air mata melihat orang bergelimang cahaya di kejauhan. Tertawa. Renyah berbinar di dekap dunia.
Beberapa waktu lalu disanalah aku biasa berdiri. Di tepian suram. Kurasa. 
Disana, tanah nyaris selalu basah.. Hujan serasa jadi hiasan. Selain mendung yang sering menggantung, tanah becek kadang membuat umpatan mudah berceceran. Betapa tak bersyukurnya. Ahhh...
Sering kudengar orang berkata, "hujan itu rahmat". Ya aku tahu. Memang benar hujan itu anugrah. Aku tahu. Aku tahu. Tahu. Logika umum. Semua orang juga mengakui itu. 
Baru belakangan aku baru benar-benar bisa memaknai kalimat itu.
Crying isn't always a bad things. Lupakan temaram mendung dan beceknya, menangis itu anugrah yang merembes membasahi tanah hati. Sesuatu yang terbukti sangat kuperlukan untuk "dunia yang lebih dingin". Hati yang selalu merindu sandaran cinta paling utama. Bersama lelehan hangat air mata Allah membimbingku menemukan kokoh indahnya iman. Keyakinan pada Cinta yang paling utama. 
Sering aku lupa. Tak jarang aku terlena, tapi hujan yang datang lagi dan lagi... Alhamdulilah.

Kini aku berdiri di tanah kerontang. Sudah beberapa lama hujan tak kunjung turun. Matahari pagi hangat bersinar, dunia berjingkat jingkat ceria di sekelilingku... 
Tapi aku merasakan tanah yang kupijak kerontang. Oh Allah...
Aku menuliskan kesah itu di sini, ketika kutahu seharusnya aku berbisik pada-Mu tentang apapun. 

Kucing putih pertamaku itu sudah pergi. Entah kemana. Entah dia mati atau pergi mengikuti takdir yang lebih baik. Suatu hari dia hanya tidak pulang lagi. Aku masih bertanya, entah gerangan apa terjadi padamu. Aku masih khawatir, semoga kemungkinan kedua lah yang terjadi padamu. 

Thursday 14 April 2022

(Mrs.)

A new life. A new dawn. 
My life as a (newbie) married woman. Blissful?
Oh, yes. Depressingly delightful.
Sometimes, there's those days where I feels like 've already found everything I need to discover in life. Like I've had enough. Nothing really excite me anymore. Sometimes. Another day, there's this feeling where everything I need is to hold on tightly to this one (worldly) man. Strange. Yet so familiarly wrong. 
I am not that kind of girl. Not anymore, since a very long time ago. That shallow me. That "un-wise" me. Silly-cry-baby-unsettled-me. 

So many changes. 
These days. This new "wilderness" so called (mrs.) life, blissfully... sometimes somehow I lost myself somewhere under the sun. Being the old version of me, the one I'm never very proud of... I hate those set back. That crybaby me. The one who needs another human being appreciation to feels content. 

Allah is enough. 
Feels like now I'm in a middle of a big trials of my "adult-life". 

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Do people think once they say, “We believe,” that they will be left without being put to the test? — Qs. 29: 2

Oh Allah, 
Rabbi... I just hope---I pray, You help me get through this excellently. There's nothing but You. The most benevolent. Oh, Lord...




Sunday 12 September 2021

..separuh agama.

Aku memilihmu karena...
kulihat,
engkaulah separuh agama. Kurasa,
...dari apa yg kudengar, mungkin engkaulah jawaban dari lirih ratap doa-doa itu.
Karena kurasa denganmu, dengan dirimu yg seperti kudengar dan kulihat itu,
...akhirnya aku bisa sepenuhnya mengusahakan diriku menjadi hamba yg pantas, untuk-Mu,
wahai Allah. Wahai Engkau, tempatku bersandar menumpukan segala.
Engkaulah segala bagiku. Sebegitu bergantung diri ini pada-Nya, namun sebegitu sulit diriku menempatkan hidup, membiasakan hal2 untuk hanya selalu melakukan apa2 yg disukai-Nya. Sebegitu rumit. 
Doa-doa itu,
..rasa bersalah dan keluh lirih itu, kuharap engkaulah salah satu jawaban yg dikirim-Nya untukku. 
Semoga.

Monday 6 September 2021

Di Bawah Benderang Cahaya Kita Berdiri

Tulisan-tulisan ini, aku tidak tahu apakah kau akan menemukannya suatu hari nanti.
Apakah kau akan membaca,
goresan-goresan tak beraturan yg kuselipkan di belantara maya.
Aku berharap kau membacanya, tp aku juga berharap kau tidak membacanya.

Akhirnya, dirimu mengejawantah dalam sebentuk rupa. Nyata. Dihadapanku.
Akhirnya, tirai tersibak di hadapan. 
Di bawah benderang cahaya engkau berdiri. Nyata. 
Matahari tak lagi ada di belakang pundakmu, dan tirai tak lagi ada diantara kita. 
Setidaknya, sejauh ini, 
kukira itulah dirimu.

Aku. Haruskah aku menjelaskan diriku? Perlukah kusampaikan, betapa aku, jauh di tempat-tempat yg kusembunyikan, hanyalah.. seorang pemimpi pincang yg baru saja terjun bebas ke lumpur 'kebiasaan buruk'? Perlukah ku katakan itu padamu..?
....
Aku, memilih untuk tidak mengucap sepatah kata tentang itu. Aku tahu kau akan menyadarinya. Nanti.
Cepat atau lambat.
Kau akan melihatnya. Diriku seutuhnya.
...aku tahu itu tidak adil. Bagimu. 
Tapi, disamping pemimpi-pincang-buruk-penuh-kotoran itu, kau harus juga melihat sisi diriku yang 'kubanggakan'. 

Di bawah benderang cahaya kita berdiri, akhirnya. 
Kepastian dan keraguan tergambar di dua pasang bola mata. Kegelisahan bisa kurasakan mengambang diantara naik turun buncah perasaan... di bawah benderang cahaya kita berdiri.
Saling membaca. Saling menerka. 
Kepastian membentuk dua senyum simpul. 
Kau kah orang itu untukku?
Aku kah orang itu untukmu?
Hanya Allah yg tahu pasti. Tapi aku telah memutuskan. Demikian juga dirimu.
Dalam benderang cahaya kita berdiri,
..dengan menyebut nama Allah yg maha pengasih lagi maha penyayang kita memulai, perjalanan ini. 


Tuesday 3 August 2021

..di sisi Ibumu..

Bersanding di sisi Ibumu, sudah selayaknya aku menempatkan diri di urutan kedua. Memang begitulah Rasulullah mengajarkan. 

Aku akan berusaha. Sebaik-baiknya. Insyaallah.

Toh di hatiku pun, harus ku akui, yang paling utama
masih dan akan selalu Allah.
Aku berjanji akan menempatkanmu di atas, toh engkaulah belahan jiwa teman seperjuangan mengarungi separuh sisa hidupku. Sudah selayaknya aku mengandalkanmu. Sudah sewajarnya kita saling menjaga. Menempatkanmu di tempat-tempat teratas, di antara -- kalau tidak di atas, orang-orang terkasih dalam hatiku. Hidupku.
Tapi Allah.. dan rasul-Nya, karena kau juga mencintai mereka seperti diriku yg sepenuhnya menyandarkan hati dan hidup pada-Nya... kurasa engkau akan mafhum. Aku tahu engkau pasti mafhum.

Sejauh ini. Selama ini, aku selalu berpikir, panjangnya penantian ini. Betapa aku telah begitu lama, menunggu. Berharap. Menebak. Berharap lagi. Menunggu lagi. Menerka-nerka, akankah aku di beri kesempatan bermain peran denganmu di dunia. Ataukah, akhiratlah tempat kita bertemu. Menunggu. Bertanya-tanya. Lalu merelakan. Menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Apapun itu, jika itu dari Allah, aku ridha. Aku bahagia. Toh  Allah-lah yg paling penting di atas segalanya. Melewati 30 tahun separoh usia, untunglah Allah membuka mata hatiku terkait hal itu. Penantian ini bukannya tanpa manfaat.

Tp, lagi-lagi kupikir, betapa lama sudah ak menunggu. Ternyata, dirimu lebih lama menunggu.
Ternyata, engkaulah yg ternyata lebih dahulu menungguku. Subhanallah... 😌😌💦

Tuesday 8 September 2020

If I must die young, 
..if I MUST die a virgin.
I would die. I would embrace that fate.
Beautifully.

Thursday 6 August 2020

Sekelebat mimpi melintas dikepala. Mimpi semalam.  Seakan akhir... baru dimulai kemarin.
Seseorang bertanya padaku hari ini, "kapan saat paling berkesan dalam hidupmu sejauh ini?" dan jawaban itu meluncur begitu saja: "ketika aku pertamakali bekerja" saat setiap harapan terasa 'mungkin', saat hidup terasa mudah dan sederhana.

Waktu, berjalan menggerus masa... memperjelas dan mengaburkan harapan, mimpi... cita.
Sepertinya aku berakhir di tengah-tengah hutan kedewasaan,
Tersesat, dengan peta di tangan. Terlalu mabuk untuk berpikir, terlalu takut untuk memulai..
perjalanan. Kurasa aku tersesat,
...dengan peta di tangan.
Renyah tawa musim bunga, sesuatu yang terasa begitu tua. Usang. 

....7/8/2020....

Kutatap mata kucing di dalam pelukan, sesuatu dalam pandangan matanya terasa familiar dengan sesuatu yang tua, usang dan kurindukan. Musim bunga. Sesuatu yang tidak mengenal dosa, bersih. Apa adanya.